. Itu penting, lebih penting daripada
sebelumnya, karena kita hidup di di mana kata - kata
yang salah dimengerti bisa , sama seperti
yang ditimbulkan oleh tindakan mendadak yang tidak dipikirkan terlebih
dahulu.
“
”James Thurber
MANAGERSeorang
Dengan hardskillnya yang duduk di dalam ruangan
menelaah satu per satu laporan yang diterimanya
MANAGERSeorang
Dengan hardskillnya yang sering berkumpul
bersama tim bisnisnya, diketahui, dihormati,
dan dikenal oleh mereka
Atau
AYAHSeorang
Yang bisa memberikan apapun untuk anaknya
dengan pekerjaannya yang harus berangkat subuh
pulang tengah malam
AYAHSeorang
Yang pekerjaannya mencukupi kebutuhan
dirinya dan anaknya yang bisa sering bersama
bermain dengan anaknya
Atau
Walaupun berhasil mendapat berbagai kesuksesan tapi
di tengah - tengah tim bisnisnya . Apa yang terjadi jika ia
tak menjadi manajer lagi? Apakah timnya masih peduli dengannya? Masih suka bergaul
dengannya? Sayangnya, pengaruh sang manajer
(saat menjabat saja)
Walaupun ayah yang pertama bisa memberikan
segalanya, tapi
dengan anaknya. Bahkan
, tak
dikenal dengan baik, menjadi sosok yang menakutkan
dan tak nyaman untuk diajak berbicara. Sayangnya,
pengaruh sang ayah
apa yang diinginkan anaknya saja.
DAMPAK
BURUK
SULIT MEMPENGARUHI
ORANG LAINTAK BEGITU DISUKAI
YANG LAIN
ADA ATAU TIDAKNYA DIA
TAK BERPENGARUH
SULIT MENDAPATKAN
KEPERCAYAAN
JAUH DARI TEMAN DAN
KELUARGA DEKAT
SULIT MENJADI
PROBLEM SOLVER
SERINGNYA ORANG LAIN
MENDEKAT SEKEDAR UNTUK ASAS MANFAAT
TAK BEGITU
DIPEDULIKAN YANG LAIN
SULIT MENGGERAKKAN
ORANG LAIN
SULIT MEMOTIVASI
ORANG LAIN
SULIT MENGINSPIRASI
ORANG LAIN
ORANG LAIN ENGGAN MENDEKAT PADANYA
**Just ask Warren Buffett*. In an article
on Forbes.com,
“Warren was asked
Schools, to some extent, under-
emphasize that. If you can’t
communicate and talk to other people
and get across your ideas, you’re giving
up your potential.”
*Warren Buffet (Orang Terkaya ke – 3 di dunia versi
FORBES 2015)
**from blog.dalecarnegie.com
Kita adalah makhluk sosial. Yang memerlukan
untuk berinteraksi dengan yang lain, yang
menunggu uluran tangan dari yang lain, yang
menanti tegur sapa dari yang lain.
Ya, kita makhluk sosial yang dari dasar
penciptaan kita selalu memerlukan bantuan
orang lain. Semenjak kita bayi, anak – anak,
remaja, dewasa, hingga nanti ketika telah
menua.
Kita memiliki kebutuhan untuk berteman, dan
bersahabat. Kebutuhan untuk berkolaborasi
dan meraih satu tujuan secara bersama –
sama.
Hal ini pasti dan tak mungkin untuk
dihilangkan dan dikebiri
Pernah dengar tentang “LAW of MIRROR”...?
Hal ini pun berlaku dalam komunikasi.
Sederhananya, bagaimana sikap kita kepada
orang lain akan menentukan bagaimana
sikapnya pada kita.
Kita perlu memahami, pola komunikasi kita
kepada seseorang akan membentuk pola
komunikasi seseorang tersebut kepada kita.
Artinya jika kita membangun pola komunikasi
yang baik dengannya, maka ia pun akan
melakukan hal yang sama dengan kita. Ini
adalah hukum alam yang berlaku secara
universal
Maka, jika kita bertemu dengan
seseorang yang tak begitu nyaman untuk
beriteraksi dengan kita.
Yang cenderung terjadi cekcok dan
kesalahpahaman ketika berinteraksi dan
mengobrol dengannya. Yang bahkan kita
lebih memilih untuk menghindari
pembicaraan dengannya.
Pertanyaannya bukanlah, “Apa yang salah
dengan orang itu?”
Seharusnya pertanyaannya menjadi, “Apa
yang salah dengan saya hingga ia menjadi
demikian?”
Kenapa Allah menciptakan manusia dengan
2 Telinga dan 1 Mulut? Bukan 1 Telinga
dan 2 Mulut?
Kalau dipikirkan sebenarnya jawabnya
sederhana, Allah sedang mengajarkan kita
tentang banyak mendengar dan sedikit
berbicara.
Iya, komunikasi efektif yang baik hanya
bisa dibangun dengan membiasakan diri
banyak mendengar dan menahan nafsu
serta keinginan diri untuk berbicara walau
kita mampu untuk melakukannya.
Ini kunci penting untuk membangun
komunikasi efektif antar manusia.
Banyak mendengarkan akan
membuat kita mudah untuk
membangun komunikasi yang baik
dengan orang lain.
Kita menjadi terbiasa untuk berkata
dan berbicara usai memberikan
kesempatan orang lain untuk
menyampaikan apa yang ingin ia
sampaikan.
Hal ini akan mempermudah kita untuk
menentukan dan menjaga agar setiap
kata yang keluar dari mulut kita
adalah perkataan yang tepat dan
baik.
Melakukan justifikasi (baik dengan cara menyalahkan, menghakimi, mudah
menyimpulkan secara sepihak, mudah percaya dengan kabar yang tak jelas tentang
seseorang) sebenarnya adalah cara yang paling efektif untuk menghancurkan pola
komunikasi antar sesama manusia.
Manusia zaman sekarang, seringkali tidak bisa menahan diri dari menyebarkan
berita tak jelas, dan melakukan justifikasi tanpa dasar yang jelas kepada seseorang.
Kita hidup di zaman di mana banyak manusia lebay yang bersuara tanpa dasar yang
jelas. Menyedihkan memang....
Maka, hindari bahkan bunuhlah kebiasaan menjustifikasi orang lain. Biarkan orang lain
menyampaikan tentang dirinya, berikan ia kesempatan untuk mendeskripsikan dirinya
sendiri langsung dari mulutnya.
Prinsipnya ada pada kemampuan untuk berpikir positif kepada orang lain!
KOMUNIKASImampu membantu kehidupan yang
kita jalani menjadi lebih baik. Tak
hanya dalam urusan pekerjaan, bisnis,
dan segala macam hal yang berkaitan
peran kita dalam profesi yang saat ini
kita jalani dan geluti.
lebih luas lagi, bisa membantu dalam
setiap peran kehidupan kita termasuk
peran dalam kehidupan pribadi dan
keluarga kita.
Komunikasi Efektif membantu kita untuk menemukan kebahagiaan hidup bersama
dengan orang – orang yang ada di sekitar kita. Membangun satu hubungan yang
penuh warna, jujur, original, dan otentik. Bukan hubungan yang dibangun
berdasarkan pada asas manfaat semata atau bahkan hubungan yang dibangun
berdasar kecacatan komunikasi, buruknya saling mengerti, dan penuh dengan
kebohongan dan manipulasi.