Lbm 5 Kamarul Kgd
-
Upload
arul-widya -
Category
Documents
-
view
342 -
download
22
Transcript of Lbm 5 Kamarul Kgd
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
1/25
1
LBM 5 - KGD
1. Apa yang menyebabkan penderita tidak sadar dan tampak sesak?a. Tidak sadar
Derajat Kesadaran ditentukaan oleh integritas dari diffuse ascending reticular system .Batang
otak yang pada ujung rostal bersambung dengan otak dan ujung caudalnya bersambung
dengan medulla spinalis , mudah terbentang dan teregang pada waktu kepala bergerak secara
cepat dan sekaligus secara mendadak . Secara cepat danmendadak itu dinamakan akselerasi.
Peregangan menurut poros batang otak ini bisa menimbulkan blokade itu berlangsung , otak
tidak mendapatkan input aferen , yang berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat
yang rendahh ( pingsan ) . Hilangnya blokade terhadap lintasan ascendens itu akan disusul
dengan pulihnya kesadaran.
( Neurologi klinis Dasar )
b. Tampak sesak :Perkiraan karena ada sumbatan jalan nafas
Trauma thoraks :
A. Berdasarkan penyebab Pneumothoraks spontan / non-trauma
Terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceral, sementara pada suatu saat
terjadi peninggian tekanandi jalan nafas oleh suatu sebab sehingga alveolus dan pleura
pecah. Missal pada penderita infeksi paru dengan batuk-batuk keras, penggunaan
kortikosteroid, pada perokok dan PPOK
Pneumothoraks traumaB. Berdasarkan Patofisiologi
Simple Pneumothorax Open Pneumothorax Tension Pneumothorax
Patofisiologi Tekanan Udara dlm rongga
pleura sedikit lebih tinggi
dibandingkan cavum
pleura hemithoraks sisi
kontralateralnya, tetapi
tekanannya masih lebih
rendah daripada tekananatmosfir
*Tidak ada mekanisme
ventil
*Tidak ada desakan
mediastinum
*Gangguan respirasi dan
ventilasi minimal
Yang bolong pleura
visceral, kecil. Saatinspirasi udara terserap
Terjadi karena luka terbuka pada
dinding dada sehingga pada saat
inspirasiudara dapat keluar
melalui luka tersebut.
Pada saat inspirasimediastinum
normal ; pada saat ekspirasi-
mediastinum bergeser
Terjadi karena mekanisme
check valve yaitu pada saat
inspirasi udara masuk ke
cavum pleura, tapi pada saat
ekspirasi, udara dalam cavum
pleura tidak dapat keluar.
Semakin lama udara di dalamcavum pleura semakin banyak
dan tekanan menjadi lebih
tinggid drpd tknn atmosfer
menekan paru atelektasis
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
2/25
2
Tanda *Keluhan : nyeri, batuk,
sesak
*PF : tertinggal waktu
respirasi, vesikuler
melemah, hipersonor
*Tidak terlihat pelebaran
vena
*Trakhea ditengah
*Tidak ada tanda-tanda
syok
Sama seperti pneumothoraks
simpel
+ terlihat adanya luka
menghisap pada dinding thoraks
(sucking chest wound)
sesak hebat, takhipnoe,
sianosis, hemithoraks
tertinggal pd pernapasan
tanda-2 syok
pelebaran vena jugularis
trakhea terdorong ke sisi
sehat
> auskultasi : suara napas tak
terdengar
> perkusi : hipersonor
Penanganan Needle Thoracosintesis
Water Sealed Drainage
Kelainan Thorax Etiologi Clinical Presentation Treatment
Flail Chest Beberapa costa
patah di dua
tempat secara
berurutan
# Hipoksia
# Sianosis
# The injured chest wall
moves paradoxically
Patient need ventilation to
maintain oxygenation until the
ribs stabilization
Hemothorax
(masif > 1500cc)
Luka tembus yang
merusak pembuluh
sistemik atau vasa
pada hilus pulmo
Hypovolemia
Respiratory impairment
Pekak pada perkusi
Suara nafas berkurang
JVP tidak meninggi
Penggantian volume darah
Water Sealed Drainage
torakotomi
Tamponade Jantung Penetratring injury
Major bulnt injury
Depressed Cardiac Output
Increase venous pressure(JVP)
Decreased blood pressure
Decreased heart sound
Pericardiacosintesis
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
3/25
3
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
4/25
4
Tension pneumothorak : akumulasi udara di rongga pleura yang menyebabkan tekanan dirongga thorax meninggi.
Hemothorak massif : berkumpulnya darah di rongga pleura. Dapat menyebabkan gangguanhemodinamik dan respirasi.
- Rongga pleura dewasa dapat menampung cairan sebanyak 4000 cc. sehingga dapatmenyebabkan gangguan hemodynamic shock hipovolemik
- Gangguan respirasi ditunjukkan dengan pernafasan dyspneu- Dapat menyebabkan emfisema dan atelectasis pada paru- Pada pemeriksaan auskultasi dan perkusi didapatkan suara ekuivokal- Indikasi operasi : terdapatnya darah 1000 ml, perdarahan yang tidak berhenti
dengan jumlah 150 200 ml/jam dalam 2-4 jam, tranfusi darah yang terus menerus.
- Penanganan : tube thoracostomy, pemberian antifibrinolitik 250,000 IU ofstreptokinase or 100,000 IU of urokinase in 100 mL of sterile saline, pemberian
antibiotic.
Flail chest : terjadinya fraktur di rongga dada dan fraktur costa yang lebih dari 2 danteratur
- Ditemukan tidak berfungsinya tarikan dada saat bernafas Open pneumothorak :
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
5/25
5
Tamponade jantung : akumulasi darah di dalam pericardium, sehingga jantung tidak dapatberfungsi maksimal.
- Occurs as a result of penetrating injuries to the chest wall (i.e., stab wounds) whichresults in the accumulation of fluid in the pericardial space restricting proper
function of the atria and ventricles.
- As little as 150 cm3 of fluid is capable of causing tamponade.- Approximately 33% of patients with this type of injury display the classic Becks
triad
- of hypotension, distended neck veins and muffled heart sounds.- Tachycardia and pulsus paradoxus (>10 mm Hg drop in systolic blood pressure with
inspiration) may also be seen.
- If this type of injury is suspected, immediate thoracotomy or pericardiocentesisshould be performed.
2. Apa saja kemungkinan yang terkena saat jatuh(trauma dimana)?a. Kepalab. Thoraksc. Ekstermitas atas-bawahd. Cervikale. Vertebraf. Abdomeng. Pelvis
3. Syok apa?Syok hemorrage atau Syok hipovolemik
4. Derajat perdarahan?Derajat 4 :
RR>35, HR>120 ,perdarahannya>2000cc, tensi turun, kesadaran : menurun hingga tidak sadar.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
6/25
6
5. Lebih bahaya mana fraktur terbuka dengan fraktur tertutup?Lebih bahaya fraktur terbuka, karena ada kontaminasi dengan dunia luar sebagai risiko utama.
Kontaminasi pada saat fraktur disebut luka terkontaminasi pada 6-12 jam pertama.kotoran,mikroorganisme berada di dalam luka
Setelah 12 jam kontaminan masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam sehingga disebut luka
terinfeksi
Kalau tertutup karena
Pasien tidak tahu
Sindrom kompartement
6. Mana dulu airway atau stop bleeding?AIRWAY!
Gangguan airway dapat menyebabkan mati batang batang otak dalam waktu 3-5 menit
Sedangkan gangguan sirkulasi membunuh dalam waktu 1-2 jam, selama waktu itu tubuh
mengadakan mekanisme kompensasi seperti peningkatan HR, vasokonstriksi untuk
mempertahankan perfusi darah dan oksigen ke organ-organ vital.
7. Bagaimana penatalaksanaannya di IGD?I. Proteksi Diri
II.
(Triase)III. PRIMARY SURVEY dan Resusitasi
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
7/25
7
a. Airway dengan control C spinei. Penilaian
1. Mengenal patensi airway2. Penilaian cepat Obstruksi jalan nafas (benda asing,fraktur laring dll)
ii. Pengelolaan1. Chin lift/ jaw thrust2. Bersihkan airway dari benda asing3. Pasang NPA/OPA4. Pasang airway definitive
iii. Jaga posisi leher. Fiksasi leher denga berbagai carab. Breathing dan Ventilasi
i. Penilaian1. Buka leher dan dada sambil imobilisasi leher kepala2. Tentukan laju nafas3. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk adanya deviasi trakea blabla4. Perkusi toraks untuk tentukan redup/hipersonor5. Auskultasi thoraks bilateral
ii. Pengelolaan1. Oksigen konsentrasi tinggi2. Ventilasi dengan Bag Valve Mask3. Hilangkan tension pneumothorax4. Tutup open pneumothorax5. Pasang sensor CO26. Pasang pulse oxymetri
c. Circulation dengan Kontrol Perdarahani. Penilaian
1. Ketahui sumber perdarahan eksternal fatal2. Ketahui sumber perdarahan internal3. Ukur nadi (kcptn,kualitas, keteraturan,pulsus paradoksus)4. Warna kulit5. Tekanan darah (bila ada waktu)
ii. Pengelolaan1. Bebat tekan pada tempat perdarahan eksternal2. Mengenal perdarahan internal, kebutuhan intervensi bedah serta konsul bedah3. Pasang 2 kateter IV besar dua jalur4. Ambil sample darah5. Beri cairan RL dihangatkan dan pemberian darah6. Bidai pneumatic7. Cegah hipotermi
d. Disabilityi. Tentukan tkt kesadaran dengan
1. A(alert) V(respon with VOICE) P (with Pain) U(unrespon)2. GCS
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
8/25
8
ii. Nilai pupil
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
9/25
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
10/25
10
MonitoringPasang NGT dan kateter
Pemeriksaan Fraktur Pelvis
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
11/25
11
8. Ciri-ciri perdarahan kepala, gambaran ct-scan, pemeriksaanCiri EDH SDH Intraserebral
Lokasi Ruang epidural (antaraduramater dan facies interna
cranium)
Umumnya di temporoparietal
Ruang subdural (antaraduramater dan
arachnoidmater)
Vasa yang
rusak
a.meningea media Ruptur bridging vein
Patofisio
Clinical
Present
Menunjukkan interval lucid
Kesadaran makin menurun
Anisokor
Hemiparesis
Akut : sakit kepala,
kebingungan
CT Scan Hiperdens bentuk bikonveks Hiperdens bentuk bulan sabit
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
12/25
12
CT scan pada 48 72 jam
i. Cedera kepala Berdasarkan Patofisiologi1. Komosio serebri: Pada keadaan ini tidak ada jaringan otak yang rusak tapi hanya kehilangan fungsi
otak sesaat, berupa pingsan kurang dari 10 menit atau amnesia pasca trauma.
2. Kontusio serebri: Kerusakan jaringan otak dengan defisit neurologik yang timbul setara dengankerusakan otak tersebut, minimal pingsan > 10 menit dan atau lesi neurologik yang jelas.
3. Laserasi serebri: Kerusakan otak yang luas dan jaringan otak robek yang umumnya disertai frakturtengkorak terbuka.
Berat ringannya cedera ditentukan dengan nilai GCS1. Cedera Kepala Ringan : GCS 14 15
2. Cedera Kepala Sedang : GCS 9 13
3. Cedera Kepala Berat : GCS 3 8
Secondary Survey
The secondary survey should only be performed after the primary survey has been
completed and resuscitation measures have been initiated. It should include a complete
focused history and head-to-toe examination. The vital signs (blood pressure,
heart rate, respiratory rate and temperature) should be reviewed and a focused history
should be obtained.
The pneumonic AMPLE can focus the questioning in order to obtain the most
pertinent facts.
Aallergies
Mmedications
Ppast medical history and illnesses
Llast meal
Eevents surrounding the injury
Finally, a complete head-to-toe examination should include: head, ears, eyes, nose,
throat, chest, abdomen, back, rectal/vaginal, musculoskeletal, integument, and neurological
status.
Laboratory Studies
Type and Cross-Match
A type and cross should be sent immediately in all trauma patients as it takes up to
30 min to perform.
If a patient requires an immediate blood transfusion, O/Rh negative blood can be used.
Type-specific blood (typed but not cross-matched) can usually be ready in about 10
min.
Complete Blood Count
A complete blood count should be sent.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
13/25
13
The hemoglobin and hematocrit are useful indices to determine the oxygen-carrying
capacity of the blood.
A hemoglobin of 7 mg/dL (hematocrit 21%) is usually well tolerated in trauma
patients.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
14/25
14
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
15/25
15
Definisi fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat
berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan fraktur radius dan
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
16/25
16
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka
terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka. Fraktur di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Klasifikasi Fraktur
Secara umum, fraktur dapat dibagi menjadi 2, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara
tulang yang fraktur dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Disebut fraktur
tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Tetapi apabila kulit di atasnya tertembus
maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai
ke tulang yang patah.
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat
ringannya fraktur.
Derajat Luka Fraktur
I Laserasi < 2 cm Sederhana, dislokasi fragmen minimal
II Laserasi > 2 cm, kontusio otot disekitarnya
Dislokasi fragmen jelas
III Luka lebar, rusak hebat atau hilangnyajaringan di sekitarnya
Kominutif, segmental, fragmen tulang
ada yang hilang
Fraktur juga dapat dibagi menurut garis frakturnya. Beberapa diantaranya adalah fisura, fraktur
sederhana, fraktur kominutif, fraktur segmental, fraktur dahan hijau (greenstick), fraktur impaksi,
fraktur kompresi, impresi, dan patologis Fisura merupakan fraktur yang disebabkan oleh cedera tunggal
hebat atau oleh cedera terus menerus yang cukup lama, seperti juga ditemukan pada retak stress pada
struktur logam. Pada fraktur dahan hijau (greenstick), periosteum tetap utuh. Fraktur kompresi bisa
terjadi akibat kekuatan besar pada tulang pendek atau epifisis tulang pipa.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
17/25
17
Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau), diaphyseal (shaft),
maupun distal. Berdasarkan proses osifikasinya, tulang panjang terdiri dari bagian diafisis (corpus/shaft)
yang berasal dari pusat penulangan sekunder. Epifisis ini terletak di kedua ujung tulang panjang. Bagian
dari diaphysis yang terletak paling dekat dengan epifisis disebut metafisis, yaitu bagian dari korpus
tulang yang melebar. Fraktur dapat terjadi di 3 bagian ini.
Berpindahnya fragmen tulang dari tempatnya semula disebut displacement. Displacement ini
dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Aposisi
Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami perubahan letak sehingga
terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang proksimal dan distal. Pada pemeriksaan
radiologik, aposisi dinyatakan dalam persentase kontak antara fragmen proksimal dan distal. Jadi,
misalnya dari hasil pemeriksaan rontgen terlihat bahwa tidak ada kontak sama sekali antara
permukaan fragmen proksimal dengan distal maka dinyatakan aposisi 0%, disebut juga aposisi
komplet. Kalau kontak masih terjadi disebut aposisi parsial, misalnya aposisi 80%, berarti 80%
permukaan fragmen proksimal masih kontak dengan fragmen distal.
2. Alignment
Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang sehingga arah aksis
longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal fragmen proksimal dan distal
membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada pemeriksaan radiologi, angulasi ini dinyatakan
dalam derajat.
3. Rotasi
Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya, misalnya fragmen distal
mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal.
4. Length (panjang)
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/06/fracture-type.jpg -
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
18/25
18
Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya tulang) yang menyebabkan
pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang menyebabkan tulang memanjang.
Ada jenis fraktur yang patahnya tidak disebabkan oleh trauma, tetapi disebabkan oleh adanya
proses patologis, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang, dan disebut fraktur patologis.
Ada juga fraktur, yang biasanya berbentuk fisura, yang disebabkan oleh beban lama atau
trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur kelelahan. Hal ini misalnya terjadi pada tungkai
bawah di tibia atau tulang metatarsus pada tentara, penari, atau olahragawan yang sering berbaris atau
berlari. Akan tetapi, fisura tulang lebih sering disebabkan cedera.
Sehubungan dengan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya, fraktur juga dibagi atas dasar
usia pasien, yaitu fraktur pada anak-anak, fraktur pada orang dewasa, dan fraktur pada orang tua. Pola
anatomis kejadian fraktur dan penanganannya pada ketiga golongan umur tersebut berbeda. Orang tua
lebih sering menderita fraktur pada tulang yang osteoporotic, seperti vertebra atau kolum femur; orang
dewasa lebih banyak menderita fraktur tulang panjang, sedangkan anak jarang menderita robekan
ligament. Penanganan fraktur pada anak membutuhkan pertimbangan bahwa anak masih tumbuh.
Selain itu, kemampuan penyembuhan anak lebih cepat dan karena itulah pemendekan serta perubahan
bentuk akibat patah lebih dapat ditoleransi pada anak. Pemendekan dapat ditoleransi karena pada anak
terdapat percepatan pertumbuhan tulang panjang yang patah. Perubahan bentuk dapat ditoleransi
karena anak mempunyai daya penyesuaian bentuk yang lebih besar.
Satu bentuk fraktur yang khusus pada anak adalah fraktur yang mengenai cakram
pertumbuhan. Fraktur yang mengenai cakram epifisis ini perlu mendapat perhatian khusus karena
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Fraktur cakram epifisis ini dibagi menjadi lima tipe.
Tipe 1 Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis, tetapi periosteumnya
masih utuhTipe 2 Periosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas
sama sekali dari metafisis
Tipe 3 Fraktur cakram epifisis yang melalui sendi
Tipe 4 Terdapat fragmen fraktur yang garis patahannya tegak lurus cakramepifisis
Tipe 5 Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkankematian dari sebagian cakram tersebut
Diagnosis Fraktur
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
19/25
19
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas empat langkah:
tanyakan (anamnesis, adakah cedera khas), lihat (inspeksi, bandingkan kiri dan kanan), raba (analisis
nyeri), dan gerakan (aktif dan/atau pasif).
1. Riwayat pasien
Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya
keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak disadari oleh
penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dislokasi
fragmen yang minimal. Dalam persepsi penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun
sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasakan ringan meskipun sebenarnya berat.
Diagnosis fraktur juga dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu, seperti jatuh,
terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut. Anamnesis dilakukan untuk menggali
riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
cedera tersebut. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun fraktur yang
fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak fraktur mempunyai
cedera yang khas.
Perlu ditanyakan mengenai keluhan penderita dan lokasi keluhannya. Keluhan klasik
fraktur komplet adalah sakit, bengkak, deformitas, dan penurunan fungsi. Sakit akan bertambah
apabila bagian yang patah digerakkan. Deformitas fraktur harus dijelaskan dengan lengkap. Kita
harus mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan, tempat yang terkena dan kemungkinanadanya faktor presipitasi fraktur (misal, tumor tulang, dll). Untuk itu, perlu ditanyakan riwayat
pasien sebelumnya, apakah pasien mengalami osteoporosis, hipertensi, mengkonsumsi
kortikosteroid, dll. Perlu pula diketahui riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial
ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dikonsumsi, merokok, riwayat alergi, dan riwayat
osteoporosis serta penyakit lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi / look
Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris
pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa
kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan,
perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang
tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal
luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk
menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.
b. Palpasi / feel
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
20/25
20
Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif
pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada
waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan
sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi
pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah
cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu
diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian
cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.
Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan
abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian
distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di
distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin
sudah terjadi perluasan fraktur.
c. Gerakan / moving
Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri
dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk
dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu
(Loss of function).3. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto Rontgen dua arah 90o
didapatkan
gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi, gambaran garis patah
biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk diagnostik
karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan
optimal. Sehingga pemeriksaan radiologi untuk fraktur ini dapat digunakan untuk diagnosis,
konfirmasi diagnosis dan perencanaan terapi, serta untuk mengetahui prognosis trauma.
Pada tulang, panjang persendian proksimal maupun yang distal harus turut difoto. Bila ada
kesangsian atas adanya fraktur atau tidak, sebaiknya dibuat foto yang sama dari anggota gerak
yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura,
sebaiknya foto diulang setelah satu minggu, retak akan menjadi nyata karena hiperemia setempat
sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
a. Memuat 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
b. Memuat 2 sendi di proksimal dan distal fraktur
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
21/25
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
22/25
22
membandingkan rotasi anggota yang patah dengan rotasi anggota yang sehat. Pemendekan anggota
yang patah disebabkan oleh tarikan tonus otot sehingga fragmen patahan tulang berada sebelah
menyebelah. Pemendekan anggota atas pada orang dewasa dan pemendekan pada anggota atas
maupun bawah pada anak, umumnya tidak menimbulkan masalah.
Macam-macam cara untuk penanganan fraktur :
1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi
Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan
dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan di kemudian hari. Contoh cara ini adalah fraktur
costa, fraktur clavicula pada anak, dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.
2. Imobilisasi dengan fiksasi
Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak
terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi
yang penting.
3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi
Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius distal.
4. Reposisi dengan traksi
Dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, dan kemudian
diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan
terdislokasi kembali di dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya
fraktur femur.
5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar
Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang,
kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini
dinamakan fiksator ekstern.
6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif
Misalnya reposisi fraktur collum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi,
setelah tereposisi, dilakukan pemasangan pen ke dalam collum femur secara operatif.
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna
Ini dilakukan misalnya, pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah. Fiksasi interna yang
dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga berupa plat dengan sekrup di
permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan
bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi dipasang gips dan segera
bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko
infeksi tulang.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
23/25
23
8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis
Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan
prostesis. Ini dilakukan pada orang tua yang patahan pada collum femur tidak dapat menyambung
kembali.
Pengelolaan fraktur terbuka perlu memperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik infeksi umum
(bakteremia) maupun infeksi terbatas pada tulang yang bersangkutan (osteomyelitis). Untuk
menghindarinya perlu ditekankan disini pentingnya pencegahan infeksi sejak awal pasien masuk rumah
sakit, yaitu perlu dilakukannya debridement yang adekuat sampai ke jaringan yang vital dan bersih.
Diberikan pula antibiotik profilaksis selain imunisasi tetanus. Selain itu, lakukan fiksasi yang kokoh pada
fragmen fraktur. Dalam hal ini, fiksasi dengan fiksator eksterna lebih baik daripada fiksasi interna.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
24/25
24
Mendiagnosa Perdarahan Dalam (Internal Bleeding)
Diagnosis dari perdarahan internal mulai dengan sejarah keseluruhan yang diambil oleh dokter. Ini
diikuti oleh pemeriksaan fisik, konsentrasi pada area dari tubuh dimana perdarahan internal mungkin
telah terjadi. Contohnya, jika ada kekhawatiran tentang perdarahan didalam otak, pemeriksaan fisik
akan fokus pada sistim neurologic, atau jika itu adalah perdarahan intra-abdominal, pemeriksaan akan
diarahkan menuju perut.
Tes-tes darah mungkin dilakukan untuk memeriksa jumlah sel darah merah yang rendah, atau anemia.
Bagaimanapun, jika perdarahan terjadi secara cepat, pembacaan awal hemoglobin atau jumlah sel
darah merah mungkin adalah normal.
Kecurigaan dari perdarahan akan seringkali memerlukan tes pencitraan untuk mencari sumber
perdarahan.
Jika ada kekhawatiran bahwa ada perdarahan pencernaan, gastroenterologist (ahli pencernaan)mungkin menggunakan scope-scope serat optik untuk melihat kedalam esophagus dan
lambung (endoscopy) atau kedalam usus besar (colonoscopy) untuk mengidentifikasi sumber.
Jika ditemukan, dokter mungkin mampu menghentikan perdarahan menggunakan listrik untuk
membakar pembuluh darah yang berdarah.
Computerized tomography (CT) adalah tes yang paling umum untuk mencari perdarahan dalamotak. Ia juga mampu untuk mengidentifikasi pembengkakan otak dan retak-retak tulang dari
tengkorak.
-
7/30/2019 Lbm 5 Kamarul Kgd
25/25
Ultrasound mungkin digunakan untuk mencari darah dalam perut. Sementara ia mempunyaitempatnya dalam pengendalian trauma, ultrasound adalah terutama bermanfaat dalam
mengevaluasi persoalan-persoalan obstetric (kandungan) dan gynecologic seperti perdarahan
darikista indung teluratau kehamilan diluar kandungan (ectopic atau tubal pregnancy).
Computerized tomography adalah alat yang efektif dalam mencari perdarahan intra-abdominaldan retroperitoneal. Ia dapat mengevaluasi tempat luka yang potensial, keparahan darikerusakan organ, dan apakah perdarahan terdapat didalam organ (seperti hati, ginjal atau
limpa) atau apakah perdarahan telah tumpah kedalam peritoneum. Ia juga adalah tes yang
berguna dalam menilai retakan-retakan pelvis.
Jika sumber perdarahan diperkirakan disebabkan oleh kerusakan arteri, angiography mungkindigunakan untuk mengevaluasi aliran darah arteri.
Pada beberapa situasi-situasi dimana pasien sakitnya kritis dari perdarahan internal, keputusan
mungkin dibuat untuk menjalani operasi darurat untuk menemukan dan memperbaiki tempat
perdarahan. Ini mungkin terjadi pada korban-korban trauma dengan luka-luka perut atau dada yang
mempunyai tanda-tanda vital yang tidak stabil (tingkat kesadaran yang menurun,tekanan darah
rendah, dan tanda-tanda lain darishock) dan berisiko untuk perdarahan sampai meninggal jika merekaharus menunggu untuk tes-tes diagnostik.
http://www.totalkesehatananda.com/ovariancyst1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/ovariancyst1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/ovariancyst1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/shock1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/shock1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/shock1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/shock1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hipotensi1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/ovariancyst1.html